AKTIVA TETAP
1. Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva
berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk
dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan. (Haryono Jusup, 2005;
153)
Aktiva tetap adalah
aktiva berujud yan berumur lebih
dari satu tahun yang dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan untuk dipakai dalam perusahaan bukan untuk dijual kembali
(Wit & Erhans, 2000; 82)
Aset tetap adalah aset berwujud yang (Slamet Sugiri, 2009; 137) :
a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penydiaan barang atau jasa, untuk
direntalkan
pada pihak lain, atau
untuk tujuan administratif
b.
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari
satu periode
2. Klasifikasi Aktiva Tetap
Aktiuva tetap biasanya digolongkan menjadi
4 kelompok yaitu (Haryono
Jusup, 2005; 155):
a. Tanah : seperti
tanah
yang digunakan sebagai tempat berdirinya
gedung perusahaan
b.
Perbaikan tanah : seperti jalan-jalan diseputar lokasi
perusahaan,
tempat parker,
pagar
dan saluran air bawah tanah
c. Gedung :
seperti gedung yang digunakan
untuk
kantor, toko,
pabrik dan gudang
d. Peralatan : seperti peralatan kantor, mesin pabrik, peralatan pabrik, kendaraan dan mebel
3. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap
Prinsip Akuntansi => Aktiva Tetap harus dicatat sesuai dengan Harga
Perolehannya.
Harga
perolehan
meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk
mendapatkan
aktiva
tetap dan
pengeluaran-pengeluaran lain
agar aktiva siap untuk digunakan
(Haryono Jusup, 2005; 155)
Harga perolehan adalah harga beli ditambah seluruh biaya
yang
dikeluarkan untuk memperolehnya dan menyiapkan aktiva tetap
tersebut sampai siap digunakan (Wit
& Erhans, 2000;
82).
Misal :
Sebuah
computer merk Dell dibeli dengan harga Rp. 7.500.000 dengan potongan tunai 10 % biaya yang dikeluarkan untuk install komputer
dan
pemasangan
hingga
siap
digunakan
sebesar Rp.
250.000.
maka
harga perolehan komputer
tersebut dapat dihitung sbb :
Harga beli :
7.500.000
Potongan tunai 10 % : 750.000 –
6.750.000
Biaya install dan pasang : 250.000
Harga Perolehan 7.000.000
Jurnal untuk mencatat perolehan aktiva tetap adalah
Komputer 7.000.000
Kas 7.000.000
Untuk penghitungan harga perolehan dan pencatatan keempat klasifikasi aktiva tetap diatas dapat dibaca
di
buku Haryono
Jusup halaman 156
s/d 159.
Terdapat berbagai cara dalam
memperoleh
aktiva
tetap, yang
akan mempengaruhi penentuan harga
perolehan. Berbagai cara
tersebut antara lain : pembelian secara tunai; pembelian kredit; pembelian dengan wesel bunga; pembelian gabungan (dalam satu paket);
membangun sendiri aktiva dan adanya sumbangan dari
pihak lain.
a. Pembelian Tunai
Dalam pembelian secara tunai, harga perolehan adalah harga belibersih setelah dikurangi potongan tunai ditambah dengan
pengeluaran-pengeluaran.
Misal :
dibeli mesin pabrik Rp.
55.000.000, pengeluaran
yang
berkaitan dengan pembelian
mesin antara lain : PPN sebesar Rp. 5.500.000; Premi asuransi sebesar Rp.
550.000 dan
biaya pemasangan
sebesar Rp.
1.450.000 maka harga perolehannya :
Harga beli : 55.000.000
PPN :
|
5.500.000
|
Premi asuransi :
|
550.000
|
Biaya pemasangan :
|
1.450.000
|
Harga perolehan
Jurnal
|
62.500.000
|
Mesin pabrik 62.500.000
Kas 62.500.000
b. Pembelian dengan Kredit
Pembelian
secara kredit
jangka
panjang pada umumnya melibatkan bunga. Bunga dapat ditetapkan secara eksplisit dan secara implisit.
Bunga
eksplisit dalam pembelian kredit adalah bunga
yang ditetapkan secara jelas/terus terang
Bunga implisit
: bunga yang ditetapkan tidak secara terus terang sehingga harus mencari
terlebih dahulu bunganya.
Baik secara eksplisit maupun secara implisit bunga tidak
boleh
dimasukkan
dalam menghitung harga
perolehan karena
bunga bukan
merupakan pengorbanan untuk memperoleh aktiva tetap, tetapi pengorbanan untuk menggunakan dana pihak lain.
c. Pembelian dengan Menggunakan Wesel
Berbunga
Dalam pembelian aktiva dengan jumlah
rupiah yang besar, kadang-
kadang perusahaan
membayarnya dengan wesel erbunga.
Biasanya pembeli diwajibkan membayar uang muka
dan sisanya dibayar dengan
wesel berbunga dimana
bunga wesel dibayar pada saat
jatuh
tempo
wesel tersebut. Harga
perolehan aktiva dihitung dengan jumlah
uang
muka ditambah nilai nominal wesel. Sedangkan biaya bunga
merupakan biaya
pendanaan (financing cost)
yang dicatat dengan
mendebet rekening biaya bunga.
Contoh :
PT FEDNY membeli peralatan pabrik dengan harga tunai 120.000.000
Uang muka yang diberikan sebesar 20.000.000 dan sisanya dibayar dengan wesel berbunga janka waktu 1 tahun bunga 10 %. Jurnal untuk mencatat pembelian aktiva tetap tersebut :
Peralatan pabrik
|
120.000.000
|
Kas
|
20.000.000
|
Utang wesel
|
100.000.000
|
(untuk mencatat uang muka dan penarikan utang wesel)
Pada
saat jatuh
tempo wesel, dibayarkan nilai nominalnya ditambah
dengan
bunga sebesar 10.000.000
( 100.000.000
x 10%) dan dicatat
dalam jurnal :
Utang wesel
|
100.000.000
|
Biaya bunga
|
10.000.000
|
Kas
|
110.000.000
|
d. Pembelian dalam satu paket (gabungan)
Pembelian
dalam satu paket (gabungan)
sering disebut sebagai
pembelian secara lump-sum. Harga paket (borongan)didasarkan pada
harga
perolehan
masing-masing aktiva
tetap yang ditentukan dengan harga pasar .
Misal:
PT LISA pada tanggal 1 januari 2010 membeli tanah, gedung dan peralatan dengan harga total
100.000.000 dan harga pasar masing-
masing sebesar 45.000.000 untuk
tanah,
75.000.000 untuk gedungnya dan 30.000.000 untuk peralatan. Hitunglah alokasi harga
perolehan masing-masing aktiva tersebut dan buatlah jurnalnya.
Golongan
|
Harga Pasar
|
|
% dari HP
& Perhitungan
|
|
Alokasi
|
Tanah
|
45.000.000
|
|
30 % x 100.000.000
|
|
30.000.000
|
Gedung
|
75.000.000
|
|
50 % x 100.000.000
|
|
50.000.000
|
Peralatan
|
30.000.000
|
|
20 % x 100.000.000
|
|
20.000.000
|
150.000.000 100 % 100.000.000
Jurnal untuk mencatat pembelian aktiva tetap secara
gabungan
Tanah, gedung &
peralatan 100.000.000
Kas 100.000.000
Jurnal untuk mencatat alokasi harga perolehan masing-masing aktiva
Tanah
|
30.000.000
|
Gedung
|
50.000.000
|
Peralatan
|
20.000.000
|
Tanah, gedung &
peralatan 100.000.000
e. Membangun sendiri
Perusahaan terkadang membangun sendiri aktiva tetapnya.
Misalkan perusahaan membangun sendiri kantornya, garasi ataupun gudangnya. Harga perolehan aktiva yag dibangun sendiri oleh perusahaan terdiri dari harga
material atau bahan bangunan yang dipakai,
upah tenaga kerja,
dan
biaya lain-lain
meliputi listrikdan
depresiasi aktiva tetap perusahaan yang digunakan untuk membangun. Dimunkinkan pula adanya biaya
bunga jika perusahaan
dala
membangun meminjam
dari pihak luar sehingga
biaya bunga
dimasukkan dalam unsur harga perolehan tetapi hanya
biaya bunga
selama masa konstruksi
saja. Jika
setelah masa konstruksi belum
lunas maka biaya
bunga dibebankan sebagai biaya periodik
dalam kelompok biaya diluar usaha dalam laporan laba rugi.
Jika harga perolehan aktiva
dengan membangun sendiri lebih
kecil dari (lebih
rendah) dari harga aktiva
sejenis, perusahaan tidak
diperkenankan mengakui adanya keuntungan akibat membangun
sendiri.
f. Sumbangan
Aktiva
tetap dapat diperoleh dari sumbangan, misalnya sumbangan
dari pemerintah atau lembaga lain. Meski untuk memperoleh sumbangan tidak ada pengorbanan yang dikeluarkan, akuntansi tetep
mencatatnya karena akuntansi merupakan alat pertanggugjawaban. Aktiva tetap dari sumbangan didebit dan
akun lawannya adalah modal sumbangan. Nilainya adalah sebesar nilai wajar pada saat sumbangan
itu
diterima.
Contoh:
Pada tanggal
27 januari 2010 PT Bejobanget menerima
sumbangan
dari pemerintah daerah
berupa tanah. Nilai wajar tanah dilokasi setempat
adalah 75 juta.
Hitunglah harga
perolehan
tanah dan
buatlah jurnal yang diperlukan.
Karena
nilai wajar tanah sebesar 75
juta rupiah maka harga
perolehan tanah sumbangan tersebut sebesar 75 juta rupiah juga.
Jurnal :
27/1 Tanah 75.000.000
Modal
dari
sumbangan 75.000.000
DEPRESIASI (PENYUSUTAN)
Depresiasi adalah proses
pengalokasian harga perolehan aktiva tetap
menjadi
biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis (Haryono Jusup, 2005; hal 162).
Penyusutan adalah alokasi
sistematis
jumlah yang dapat disusutkan
dari
suatu asset selama umur manfaatnya.
Depresiasi/ penyusutan bukan merupakan penilaian aktiva tetap tetapi merupakan proses pengalokasian harga perolehan.
Alokasi dilakukan
sepanjang umur manfaat yang dapat berupa periode waktu atau jumlah
produksi/unit yang diharapkan akan diperoleh dari aktiva tetap tersebut.
Akumulasi depresiasi
aktiva tetap menggambarkan jumlah depresiasi
yang telah dibebankan sebagai
biaya, bukan menggambarkan dana
yang telah dihimpun.
a. Akuntansi untuk penyusutan
Terdapat 3 faktor
yang harus dipertimbangkan dalam penyusutan :
1. Harga perolehan (cost)
Harga perolehan suatu aktiva meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapannya untuk dapat digunakan.
2. Nilai
residual atau nilai sisa (residual
value /
salvage value)
Jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva tersebut tidak digunakan lagi
3. Masa atau umur
manfaat aktiva tetap
Aktiva tetap memiliki masa manfaat terbatas. Keterbatasan tersebut karena berbagai faktor
seperti keausan, kecacatan,
kemerosotan nilai,
kerusakan (kecuali tanah)
b. Metode penyusutan
Ada 4 metode penyusutan aktiva tetap yang dikenal secra umum yaitu:
1. Metode Garis Lurus
(Straight-Line Method)
2. Metode Unit Produksi (Units-of-Production Method) atau satuan hasil
3. Metode saldo menurun (Declining Balance Method)
4. Metode jumlah angka tahun (Sum-of-the-Years-Digits
Method)
1. Metode Garis Lurus
Dalam metode ini, nilai
penyusutan dibebankan secara merata selama
estimasi umur
aktiva.
Rumus: Harga Perolehan
- Taksiran Nilai Residu
Estimasi Umur
Manfaat
Contoh (1) (dipakai
pada awal
tahun):
Harga perolehan Mesin (rupiah) 20.000
Taksiran nilai sisa (nilai
residu) 0
Taksiran umur manfaat (tahun) 5
Tanggal
pemakaian 01 Jan’95
Maka besarnya penyusutan per tahun:
20.000 - 0
---------------- = 4.000 per tahun
5 thn
Jika dibuat tabel
penyusutannya, akan nampak seperti
dibawah ini:
Tahun
|
Beban Penyusutan
|
Akumulasi Penyusutan
|
Nilai Buku
|
0
|
|
|
20.000
|
1
|
4.000
|
4.000
|
16.000
|
2
|
4.000
|
8.000
|
12.000
|
3
|
4.000
|
12.000
|
8.000
|
4
|
4.000
|
16.000
|
4.000
|
5
|
4.000
|
20.000
|
0
|
Penjelasan:
Akumulasi penyusutan merupakan kumulatif dari beban penyusutan.
Akumulasi penyusutan = akumulasi penyusutan + beban penyusutan Nilai
buku = Harga perolehan - akumulasi penyusutan
atau
Nilai buku = Nilai
buku
- beban penyusutan
Pengecekan:
Nilai buku pada akhir
estimasi umur manfaat harus sama dengan taksiran nilai sisa.
Jika berbeda,
berarti telah terjadi
kesalahan.
Jurnal Penyusutan (tahun 1)
Des 31 Beban penyusutan - Mesin 4.000
Akumulasi penyusutan - Mesin 4.000
Nb: Untuk tahun ke 2 s/d ke
5 juga dibuat jurnal
yang sama,
nilainya diambil
dari tabel penyusutan kolom beban penyusutan.
Contoh (2) (dipakai bukan pada awal tahun)
Harga perolehan Mesin (rupiah) 20.000
Taksiran nilai sisa (nilai
residu) 0
Taksiran umur manfaat (tahun) 5
Tanggal
pemakaian 16 Sept’ 95
Maka besarnya penyusutan per tahun:
20.000 - 0
---------------
= 4.000 per tahun
5 thn
Beban penyusutan untuk tahun pertama (16 september
s/d
31 desember
1995 = 3 bulan):
4.000 x (3/12) = 1.000
(Lihat penjelasan no 2 penyusutan diakui pada bulan terdekat)
Beban penyusutan untuk tahun terakhir pemakaian dari
tanggal
1 januari 2000 s/d 31 september 2000 adalah 9 bulan :
4.000 x (9/12) = 3.000
(Lihat penjelasan no 4 penyusutan diakui pada bulan terdekat )
Jika dibuat tabel
penyusutannya, akan nampak seperti
dibawah ini:
Tahun
|
Beban Penyusutan
|
Akumulasi Penyusutan
|
Nilai Buku
|
0
|
|
|
20.000
|
1
|
1.000
|
1.000
|
19.000
|
2
|
4.000
|
5.000
|
15.000
|
3
|
4.000
|
9.000
|
11.000
|
4
|
4.000
|
13.000
|
7.000
|
5
|
4.000
|
17.000
|
3.000
|
6
|
3.000
|
20.000
|
0
|
Jurnal penyusutan di tahun pertama (3 bulan) tahun1995:
Des 31 Beban penyusutan - Mesin 1.000
Akumulasi penyusutan - Mesin 1.000
Nb: Untuk tahun ke 2 s/d
ke 6 juga dibuat jurnal
yang sama,
nilainya diambil
dari tabel penyusutan kolom beban penyusutan.
Penjelasan:
Prinsip akuntansi yang dipakai untuk tanggal
pemakaian dan pelepasan aktiva tetap adalah penyusutan diakui pada bulan terdekat
artinya:
1. Jika aktiva yang diperoleh pada atau sebelum tanggal
15
maka bulan yang bersangkutan dianggap telah memiliki
sepanjang bulan bersangkutan.
2.
Jika aktiva yang diperoleh setelah tanggal 15,
dianggap belum memiliki
pada bulan yang bersangkutan.
3. Sebaliknya jika aktiva yang dijual
pada atau sebelum tanggal 15
maka bulan yang bersangkutan dianggap tidak memiliki bulan yang
bersangkutan,
4. Jika aktiva yang dijual
setelah tanggal
15,
maka dianggap memiliki bulan yang bersangkutan.
2. Metode Unit
Produksi
Menghasilkan beban penyusutan yang berbeda-beda menurut jumlah
penggunaan aktiva.
Rumus:
Contoh:
Harga Perolehan -
Taksiran Nilai Sisa
Estimasi Jam Mesin
Harga perolehan Mesin (rupiah) 20.000
Taksiran nilai sisa
(nilai residu) 0
Estimasi jam mesin
(jam) 10.000
Maka besarnya penyusutan per unit satu jam mesin:
20.000 - 0
Besarnya penyusutan = ---------------- = Rp 2 (penyusutan per
jam
mesin)
10.000 jam
Misalkan di tahun pertama telah digunakan sebanyak 3.000 jam maka
besarnya penyusutan adalah:
Besarnya penyusutan ditahun pertama = 3.000 jam x Rp 2 = 6.000
Jurnal
Des 31 Beban penyusutan - Mesin 6.000
Akumulasi penyusutan –
Mesin 6.000
3. Metode Saldo Menurun
Menghasilkan beban penyusutan periodik yang semakin menurun
sepanjang umur estimasi aktiva.
Dalam metode ini
nilai residu
(nilai
sisa) tidak diperhitungkan. Persentase yang digunakan adalah perkalian atas
tingkat garis
lurus yang dikalkulasikan untuk berbagai
masa manfaat sebagai
berikut:
Estimasi Masa
Manfaat Dalam
Tahun
|
Tarif
Garis
Lurus
|
Tarif
Garis
Lurus 1,5
kali
|
Tarif
Garis
Lurus
2 Kali
|
4
|
25 %
|
37,5 %
|
50 %
|
5
|
20 %
|
30 %
|
40 %
|
10
|
10 %
|
15 %
|
20 %
|
20
|
5 %
|
7,5 %
|
10 %
|
Penjelasan perhitungan
untuk estimasi masa manfaat selama 4 tahun.
Tarif
garis lurusnya = (1/4) x 100% = 25%
Jika memakai 1,5 kali tarif
garis lurus maka = 25% x 1,5 = 37.5%
Jika memakai
2 kali tarif garis
lurus
maka = 25% x 2 = 50%
Prinsip akuntansi untuk metode saldo menurun yang dipakai adalah
saldo menurun berganda, berarti memakai
2 kali tarif garis
lurus.
Contoh (1):
(dipakai pada awal tahun)
Harga perolehan Mesin (rupiah) 20.000
Taksiran nilai sisa (nilai
residu) 0
Taksiran umur manfaat (tahun) 5
Tanggal
pemakaian 01 Jan’95
Sebelum membuat tabel
penyusutan, tentukan dulu tarifnya dengan
cara:
2 x Tarif Garis lurus = 2 x ((1/5) x 100%) = 2 x 20% = 40% Tabel Penyusutan
Tahun
|
Beban Penyusutan
|
Akumulasi
Penyusutan
|
Nilai Buku
|
0
|
|
|
20.000
|
1
|
(20.000 x 40%) = 8.000
|
8.000
|
12.000
|
2
|
(12.000 x 40%) = 4.800
|
12.800
|
7.200
|
3
|
(7.200 x 40%) = 2.880
|
15.680
|
4.320
|
4
|
(4.320 x 40%) = 1.728
|
17.408
|
2.592
|
5
|
(2.592 x 40%) = 1.037
|
18.445
|
1.555
|
Penjelasan:
Estimasi nilai
residu tidak dipakai
dalam perhitungan tarif penyusutan, dan dalam perhitungan penyusutan periodik. Selain itu,
aktiva tidak
boleh disusutkan di bawah estimasi nilai residu.
Karena nilai
buku pada akhir tahun estimasi umur
manfaat harus sama dengan taksiran nilai sisa, maka penyusutan tahun ke 5 (dibulatkan):
5
|
2.592
|
20.000
|
0
|
Jadi Tabel penyusutan seutuhnya adalah:
Tahun
|
Beban Penyusutan
|
Akumulasi
Penyusutan
|
Nilai Buku
|
0
|
|
|
20.000
|
1
|
(20.000 x 40%) = 8.000
|
8.000
|
12.000
|
2
|
(12.000 x 40%) = 4.800
|
12.800
|
7.200
|
3
|
(7.200 x 40%) = 2.880
|
15.680
|
4.320
|
4
|
(4.320 x 40%) = 1.728
|
17.408
|
2.592
|
5
|
2.592
|
20.000
|
0
|
Jurnal Penyusutan
Des 31 Beban penyusutan - Mesin 8.000
Akumulasi penyusutan - Mesin 8.000
Beban penyusutan ditahun pertama
Nb: untuk penyusutan di
tahun ke 2 s/d tahun ke 5 jurnalnya sama,
dan nilainya diambil
dari tabel
penyusutan kolom beban penyusutan
Contoh (2):
(dipakai bukan pada awal tahun)
Harga perolehan Mesin (rupiah) 20.000
Taksiran nilai sisa (nilai
residu) 0
Taksiran umur manfaat (tahun) 5
Tanggal
pemakaian 01 Jul’95
Sebelum membuat tabel
penyusutan, tentukan dulu tarifnya dengan cara:
2 x Tarif Garis lurus = 2 x ((1/5) x 100%) = 2 x 20% = 40%
Tahun
|
Beban Penyusutan
|
Akumulasi
Penyusutan
|
Nilai
Buku
|
0
|
|
|
20.000
|
1
|
(20.000 x 40%)
x (6/12) = 4.000
|
4.000
|
16.000
|
2
|
(16.000 x 40%) = 6.400
|
10.400
|
9.600
|
3
|
(9.600 x 40%) = 3.840
|
14.240
|
5.760
|
4
|
(5.760 x 40%) =
2.304
|
16.544
|
3.456
|
5
|
(3.456 x 40%) =
1.382,40
|
17.926,40
|
2.073,60
|
6
|
(2.073,60 x 40 %) x (6/12) = 829,44
|
18.755,84
|
1.244,16
|
Penjelasan:
Penyusutan di
tahun 1 adalah untuk periode 6 bulan (1 jul - 31 Des’95)
Sedangkan penyusutan di
tahun terakhir juga untuk periode 6 bulan (1 jan - 30 jun’00)
Karena nilai buku pada
akhir tahun estimasi umur
manfaat harus sama dengan taksiran nilai sisa, maka penyusutan tahun ke 6 (dibulatkan) :
6
|
2.073,60
|
20.000
|
0
|
Jadi Tabel penyusutan seutuhnya adalah:
Tahun
|
Beban Penyusutan
|
Akumulasi
Penyusutan
|
Nilai
Buku
|
0
|
|
|
20.000
|
1
|
(20.000 x 40%)
x (6/12) = 4.000
|
4.000
|
16.000
|
2
|
(16.000 x 40%) = 6.400
|
10.400
|
9.600
|
3
|
(9.600 x 40%) = 3.840
|
14.240
|
5.760
|
4
|
(5.760 x 40%) =
2.304
|
16.544
|
3.456
|
5
|
(3.456 x 40%) =
1.382,40
|
17.926,40
|
2.073,60
|
6
|
2.073,60
|
20.000
|
0
|
Jurnal Penyusutan
Des 31 Beban penyusutan - Mesin 4.000
Akumulasi penyusutan - Mesin 4.000
Beban penyusutan ditahun pertama
Nb: untuk penyusutan di tahun ke 2 s/d tahun ke 6 jurnalnya sama, dan
nilainya diambil dari tabel
penyusutan kolom beban penyusutan
4. Metode Jumlah Angka Tahun
Menghasilkan beban penyusutan periodik yang stabil menurun selama estimasi umur manfaat aktiva itu.
Pecahan yang semakin kecil
berturut-turut diterapkan setiap tahun pada harga pokok awal aktiva itu dikurangi
estimasi nilai residu.
Dalam metode ini, harus dihitung dulu jumlah penyebutnya dengan rumus:
(N
+ 1) S= N x -----------
2
S = Penyebut
N = taksiran umur manfaat
Contoh (1):
(dipakai pada awal tahun)
Harga perolehan Mesin (rupiah) 16.000
Taksiran nilai sisa (nilai
residu) 1.000
Taksiran umur manfaat (tahun) 5
Tanggal
pemakaian 01 Jan’95
Sebelum menghitung beban penyusutan, hitung terlebih dulu penyebutnya:
S = 5 *
((5
+ 1) / 2) S =
15
atau dengan cara lain yaitu:
S = 5 + 4 + 3 + 2 + 1
S = 15
Tabel
Penyusutan
Tahun
|
Beban Penyusutan
|
Akumulasi Penyusutan
|
Nilai Buku
|
0
|
|
|
16.000
|
1
|
5.000
|
5.000
|
11.000
|
2
|
4.000
|
9.000
|
7.000
|
3
|
3.000
|
12.000
|
4.000
|
4
|
2.000
|
14.000
|
2.000
|
5
|
1.000
|
15.000
|
1.000
|
Pengecekan:
Nilai buku akhir tahun harus sama dengan taksiran nilai
sisa. Perhitungan Beban Penyusutan tiap tahunnya:
Tahun 1:
(16.000 - 1.000) x
(5/15) = 5.000
Tahun 2:
(16.000 - 1.000) x
(4/15) = 4.000
Tahun 3:
(16.000 - 1.000) x
(3/15) = 3.000
Tahun 4:
(16.000 - 1.000) x
(2/15) = 2.000
Tahun 5: (16.000 - 1.000) x (1/15) = 1.000
Jurnal Penyusutan
Des 31 Beban penyusutan - Mesin 5.000
Akumulasi penyusutan -
Mesin 5.000
Beban penyusutan ditahun pertama
Nb: untuk penyusutan di
tahun ke 2 s/d tahun ke 5 jurnalnya sama,
dan nilainya diambil
dari tabel
penyusutan kolom beban penyusutan
Contoh (2):
(dipakai bukan pada awal tahun)
Harga perolehan Mesin (rupiah) 16.000
Taksiran nilai sisa (nilai
residu) 1.000
Taksiran umur manfaat (tahun) 5
Tanggal
pemakaian 01 Okt’95
Sebelum menghitung beban penyusutan, hitung terlebih dulu
penyebutnya:
S = 5 *
((5
+ 1) / 2) S =
15
atau dengan cara lain yaitu:
S = 5 + 4 + 3 + 2 +
1
S = 15
Tabel
Penyusutan
Tahun
|
Beban Penyusutan
|
Akumulasi Penyusutan
|
Nilai Buku
|
0
|
|
|
16.000
|
1
|
1.250
|
1.250
|
14.750
|
2
|
4.750
|
6.000
|
10.000
|
3
|
3.750
|
9.750
|
6.250
|
4
|
2.750
|
12.500
|
3.500
|
5
|
1.750
|
14.250
|
1.750
|
6
|
750
|
15.000
|
1.000
|
Perhitungan:
Tahun ke 1: (16.000
- 1.000) x (5/15) x (3/12) = 1.250
Tahun ke 2: (16.000
- 1.000) x (5/15) x (9/12) = 3.750
(16.000
- 1.000) x (4/15) x (3/12) =
1.000 +
4.750
Tahun ke 3: (16.000
- 1.000) x (4/15) x (9/12) = 3.000
(16.000
- 1.000) x (3/15) x (3/12) =
750
+
3.750
Tahun
ke 4: (16.000
- 1.000) x (3/15) x (9/12) = 2.250 (16.000 - 1.000) x
(2/15) x (3/12) = 500
+
2.750
Tahun ke 5: (16.000
- 1.000) x (2/15) x (9/12) = 1.500
(16.000
- 1.000) x (1/15) x (3/12) =
250
+
1.750
Tahun ke 6: (16.000
- 1.000) x (1/15) x (9/12) = 750
Jurnal Penyusutan
Des 31 Beban penyusutan - Mesin 1.250
Akumulasi penyusutan - Mesin 1.250
Beban penyusutan ditahun pertama
Jurnal penyusutan untuk tahun ke 2 s/d tahun ke 6 sama jurnalnya dan nilainya diambil dari
tabel penyusutan kolom tabel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar